Nama :
Agus Ahmad Salim Zajar
NIM :
2011070052
Jurusan :
Sastra Indonesia pagi 4
Dahulu kala, ada seorang bernama
Nasirudin atau Nasirun yang berasal dari Gunungsari, Cikulak, Ciledug Jawa
Barat. Nasirudin ini adalah seorang anak muda yang haus akan ilmu kesaktian.
Berbagai tempat ia datangi. Asal disitu ia mendengar ada seorang bijak atau
sakti maka ia pasti akan mendatanginya untuk berguru. Petualangan Nasirudin ini
sampai membawanya ke wilayah Jawa Timur, tepatnya disekitar daerah Sunan
Gresik. Kedatangan dia ke situ juga dengan maksud menimba ilmu. Hingga pada
suatu hari, usai beberapa lama menimba ilmu di Gresik, Nasirudin memutuskan
untuk pulang kerumah. Hingga suatu waktu, perjalanannya sampai di wilayah Desa
Ketanggungan. Di tempat ini, Nasirudin memutuskan beristirahat. Pada saat
itulah, Nasirudin yang dasarnya juga anak muda yang cukup ramah terlibat
pembicaraan sengan warga sekitar. Dari situ, dia mendengar bahwa di sekitar desa
Ketanggungan ini masih banyak wilayah yang masih liar dan kosong penghuninya.
Karena tertarik dengan penjelasan masyarakat sekitar, ditambah Nasirudin ini
punya jiwa petualang, akhirnya Nasirudin memutuskan untuk menetap di wilayah
tersebut dan mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumahnya di Ciledug.
Akhirnya, Nasirudin mendapatkan tempat yang cocok menurut kata hatinya. Tempat
itu berada di sekitar Desa Baros. Mulilah Nasirudin muda ini membuka lahan dan
mendirikan tempat tinggal di situ. Setelah beberapa lama menetap, Nasirudin
mulai dikenal oleh masyarakat sekitar akan kesaktiannya. Hingga pada suatu
hari, Nasirudin di minta oleh Bupati Brebes untuk membantu pemerintah membasmi
para perusuh yang ada di Dusun Cupas dengan imbalan yang cukup yaitu tanah
seluas 100 bahu ( kurang lebih sekitar 90 ha ). Menurut cerita, Dusun Cupas ini
di huni oleh banyak perusuh yang seringkali mengganggu ketentraman penduduk dan
pemerintah. Senjata tajam kiriman Nasirudin berggerak sendiri menuju Dusun
Cupas, sesampainya ditempat itu, senjata-senjata tersebut bergerak sendiri
untuk membasmi tuntas para perusuh. Maka mulailah Nasirudin ini menunjukkan
kesaktiannya yang luar biasa. Dan pada malam yang telah ditentukannya,
Nasirudin menggerakkan seluruh senjata yang dimilikinya serta yang di punyai
warga, mulai dari tombak, keris, parang, pedang, cangkul dan lain sebagainya
untuk membasmi para perusuh di Dusun Cupas. Di tengah malam sunyi itu, berbagai
senjata tajam kiriman Nasirudin bergerak sendiri menuju Dusun Cupas, dan sesampainya
di tempat itu, senjata-senjata tersebut bergerak sendiri untuk membasmi tuntas
para perusuh. Keesokan harinya, penduduk di sekitar Dusun Cupas geger karena
para perusuh yang bertempat tingal di dusun itu mati dengan berbagai luka di
tubuhnya.
Padahal malamnya mereka tidak
mendengar ada pasukan atau warga menyerbu. Usai peristiwa itu, warga semakin
menghormati Nasirudin dengan kesaktiannya. Dan sesuai janjinya, Bupati Brebes
kemudian menghadiahi Nasirudin dengan tanah seluas 100 bahu. Oleh Nasirudin,
tanah itu kemudian dibagi 70 bahu untuk di jadikan sawah dan 30 bahu sisanya di
jadikan pekarangan. Karena sudah memiliki tanah sendiri, Nasirudin lantas
memboyong kerabatnya yang ada di Gunungsari Ciledug Jawa Barat. Kerabatnya
tersebut bernama Ki Artilem dan Ki Karwinten. Bersama dua kerabatnya di Bantu
oleh masyarakat sekitar yang mulai berdatangan maka di atas tanah hadiah Bupati
Brebes itu lama kelamaan membentuk satu desa. Dan oleh Nasirudin tersebut di
namakan Desa Tangungsari yang di ambil dari kata Tanggung berasal dari Desa
Ketanggungan dan Sari berasal dari desa tempat kelahirannya yaitu Gunungsari.
Konon, itulah asal usul nama Desa Tanggungsari di wilayah Kecamatan
Ketanggungan. oleh Nasirudin tersebut di namakan Desa Tangungsari yang di ambil
dari kata Tanggung berasal dari Desa Ketanggungan dan Sari berasal dari Desa
tempat kelahirannya yaitu Gunungsari. Konon, itulah asal usul nama Desa
Tanggungsari di wilayah Kecamatan Ketanggungan Brebes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar