ANALISIS PUISI “AYAH
BUNDA TERSAYANG”
KARYA GITA TRIANA DEWI DAN “GURUKU”
KARYA RIZAL MUSTOFA
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Nilai
Mata Kuliah Kajian Cerita Anak
Dosen: Novi Diah Haryanti M. Hum
Oleh:
Agus Ahmad Salim Zajar
(2011070052)
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS PAMULANG
2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Struktur Fisik....................................................... 3
B.
Diksi..................................................................... 4
C.
Pengimajian.......................................................... 4
D.
Kata Konkret....................................................... 5
E.
Majas.................................................................... 5
F.
Rima..................................................................... 6
G.
Tipografi.............................................................. 6
H.
Tema.................................................................... 7
I.
Nada dan Suasana............................................... 7
J.
Amanat................................................................ 7
BAB
III PENUTUP
A.
Simpulan dan Saran............................................. 8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 9
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
tepat pada waktunya dengan judul ANALISIS
PUISI “AYAH
BUNDA TERSAYANG” KARYA GITA TRIANA
DEWI DAN
“GURUKU” KARYA RIZAL MUSTOFA.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami meminta kritikan dan saran dari
pembaca agar kami dapat menyempurnakan kembali makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusuna
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kita.
Tangerang,
Januari 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ada tiga bentuk
karya sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Pada makalah ini kita akan membahas tentang puisi, puisi adalah karya
sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat dan diberi irama dengan
bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata dari puisi
betul-betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun, singkat
ataupun padat, namun berkekuatan. Karena itu, salah satu usaha penyair adalah
memilih kata-kata yang memiliki persamaan bunyi (rima). Kata-kata itu mewakili
makna yang lebih luas dan lebih banyak. Karena itu kata-kata dicarikan konotasi
atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif. Puisi juga merupakan salah satu bentuk karya
sastra yang paling menarik tetapi pelik. Sebagai salah satu jenis sastra, puisi
merupakan pernyataan sastra yang paling utama. Segala unsur seni sastra
mengental dalam puisi.
Pada dasarnya keutuhan
pengertian puisi tidak lepas dari ruang lingkup pengertian kesusastraan, yaitu
karangan atau tulisan yang indah yang mempunyai makna tertentu dan mempunyai
nilai estetis. Puisi
merupakan bentuk ekspresi yang dominan dalam sastra. Dominasinya bukan hanya karena bentuk
syairnya yang mudah dihafal, tetapi juga karena penuh arti dan sangat digemari
oleh mereka yang berpikir dalam. Diksi
dalam puisi selalu berhubungan dengan bunyi. Bunyi
yang digunakan dalam puisi dapat
menimbulkan efek sedih, seram, haru, magis, senang dan sebagainya. Puisi akan
terdengar indah dan bermakna apabila dibacakan dengan penuh penghayatan sesuai
dengan musikalitas dan hakikatnya sehingga dapat menyejukkan hati, pikiran, dan
perasaan kita.[1]
1.2.
Rumusan Masalah
Fokus Masalah dalam
makalah ini, kami memberikan batasan masalah sehingga tidak menyimpang dari apa
yang telah menjadi pokok bahasan. Mengacu kepada latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah:
1.
Bagaimana
unsur-unsur pembangun puisi “Ayah Bunda Tersayang”?
2.
Bagaimana unsur-unsur pembangun puisi “Guruku”?
[1] Herman J.
Waluyo, Apresiasi Puisi
untuk Mahasiswa, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2002) hal. 1.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Unsur-unsur Pembangun Puisi
Menganalisis
puisi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan unsur-unsurnya. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi,
majas, kata konkret, rima, pengimajian dan irama) serta struktur batin (tema,
amanat, nada dan suasana puisi).[1]
A.
Struktur Fisik
PAHLAWAN
Karya: Singgih Alex Setiawan
Pahlawanku
Kau berjuang demi bangsa dan negara
Kaupun korbankan jiwa dan raga
Pahlawan kau menjadi pelita bangsa
Karena jasamulah bangsa menjadi berjaya
Pahlawan
kau kan kuingat selama-lamanya
DEMONSTRASI
Karya: Ayu Safitria
Karya: Ayu Safitria
Pekan
itu terdengar suara peluru melesat
Terdengar
jeritan dan yel-yel sang maha pelajar
“Tolak wakapolri masuk UNPAM”
Demonstrasi
tidak dilarang
Demonstrasi
memang ciri Negara demokrasi
Apakah
harus demikian?
Berdemonstrasilah
yang elegan
Selayaknya
orang berpendidikan
a.
Diksi
Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi merupakan bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata
dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat
mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata. Kata-kata
yang dipilih penyair bersifat denotatif dan konotatif. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat
kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Kata-kata yang dipilih
penyair bersifat denotatif dan konotatif. Diksi
yang digunakan pada puisi “Pahlawan” secara keseluruhan menggunakan makna
denotatif yaitu makna yang sebenarnya, tetapi pada baris keempat “pahlawan kau menjadi pelita bangsa”
menggunakan makna konotatif[2]
pada
kata pelita bangsa bermakna orang
yang berjasa terhadap bangsanya.
Sedangkan pada puisi
“Demonstrasi” pemilihan diksi “sang maha
pelajar” menggunakan makna konotasi yang berarti mahasiswa. “Berdemonstrasilah yang elegan” bermakna
sindiran, berlarat belakang dari kejadian pada 18 Oktober 2012 lalu mahasiswa
Universitas Pamulang menolak kedatangan Wakapolri Komjen Nanan Sukarna yang
akan mengisi seminar di UNPAM dan berakhir ricuh. Mahasiswa menolak kehadiran
polisi di kampusnya karena beberapa tindak kriminal polisi kepada mahasiswa di
sejumlah daerah. Maksud sindiran tersebut karena kurang pantasnya tindakan
mahasiswa sebagai orang yang terpelajar hingga menimbulkan kerusuhan yang
mengakibatkan banyaknya korban tertembak gas air mata dan peluru karet,
berakibat pula terhadap nama Universitas Pamulang sebagai kampus terbesar di
Tanggerang Selatan.
b.
Pengimajian
Penyair juga menciptakan pengimajian (pencitraan)
dalam puisisnya. Pengaimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat
memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui
pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual),
didengar (imaji auditif) atau dirasa (imaji taktil).
PAHLAWAN
Karya: Singgih Alex Setiawan
Pahlawanku
Kau berjuang demi bangsa dan negara
Kaupun
korbankan jiwa dan raga Penglihatan
Pahlawan kau
menjadi pelita bangsa
Karena jasamulah
bangsa menjadi berjaya
Pahlawan kau kan kuingat
selama-lamanya
Perasa
DEMONSTRASI
Karya: Ayu Safitria
Karya: Ayu Safitria
Pekan itu
terdengar suara peluru melesat
Terdengar jeritan dan yel-yel sang maha pelajar
Pendengaran
“Tolak
wakapolri masuk UNPAM”
Demonstrasi tidak
dilarang
Demonstrasi memang ciri Negara demokrasi
Apakah harus demikian? Penglihatan
Berdemonstrasilah yang elegan
Selayaknya orang berpendidikan
c. Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap
dengan indra.[3]
Digunakan oleh penyair untuk menggambarkan
suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan
imajinasi pembaca. Pada puisi “Pahlawan” kata konkret yang dipilih seperti:
·
Kau
berjuang demi bangsa dan negara
·
Kaupun
korban kan jiwa dan raga
Rangkaian kata nyata pada baris
di atas memberi imajinasi visual kepada pembacanya, seolah-olah melihat perjuangan
seorang pahlawan dan membayangkan tentang perjuangan seorang pahlawan.
Sedangkan pada puisi “Demonstrasi” kata konkret “jeritan” dapat melambangkan
situasi yang menegangkan pada saat kejadian. Kata konkret yang dipakai pada
baris “terdengar suara peluru melesat”
memberi imajinasi pendengaran pembaca sehingga menggambarkan saat kericuhan
para demonstran, “Demonstrasi memang ciri
Negara demokrasi”, “Berdemonstrasilah yang elegan” menggambarkan betapa
sangat mengecewakan semua pihak atas kericuhan tersebut. Kata konkret “elegan”
melambangkan ciri-ciri orang yang berpendidikan.
d. Majas (figurative of speech)
Unsur lain yang tak kalah pentingnya dalam puisi
adalah penggunaan majas. Majas adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan
dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebih
nikmat dibaca.[4]
Majas yang digunakan pada puisi “Kupu-kupu
Amat Indah” ini adalah majas
paralelisme (pengulangan) dengan
menggunakan bentuk kata kerja yang paralel.[5]
Seperti kata bangsa yang selalu diulang di bebrapa baris. Sedangkan puisi
“Demonstrasi” menggunakan majas Alegori: Menyatakan dengan cara
lain, melalui kiasan atau penggambaran seperti pada kutipan bait “Pekan itu terdengar suara peluru melesat”,
“Terdengar jeritan dan yel-yel ang maha pelajar” merupakan penggambaran
situasi ketika itu.
e.
Rima
Rima merupakan bunyi yang berselang atau berulang pada
lirik atau akhir larik puisi.[6] Rima merupakan salah satu unsur penting dalam
puisi. Melalui rima inilah, keindahan suatu puisi tercipta. Rima tidak selalu
berada di akhir baris dalam satu bait. Rima juga dapat ditemukan dalam satu
baris.
·
Rima
pada puisi “Pahlawan” adalah a b b b b b
·
Rima
pada puisi “Demonstrasi” bait pertama: a b c d sedangkan bada bait kedua berima
a b b b.
f.
Perwajahan
(Tipografi)
Perwajahan puisi
(tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata,
tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu
dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut
menentukan pemaknaan terhadap puisi.
Tipografi pada puisi “Pahlawan” adalah inkonvensional yaitu dalam
satu bait tidak terdiri dari empat baris, sedangkan pada puisi “Demonstrasi”
konvensional bentuknya rapi, terdiri dari 4 bait dan setiap bait
terdiri dari 4 baris. Dan puisi ini termasuk puisi elegi yaitu puisi
yang berisi ratap tangis/kesedihan.
Puisi “Pahlawan” termasuk jenis puisi Ode merupakan puisi sanjungan
untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat),
bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap
pribadi tertentu atau peristiwa umum. Sedangkan puisi “Demonstrasi termasuk
puisi Satire yaitu puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap
sesuatu fenomena.
B. Struktur Batin
a. Tema
Tema merupakan
gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkansung di
dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan
atau perbedaan-perbedaan.[7]
Tema dalam puisi “Pahlawan” adalah kepahlawanan dengan sebuah
kesaksian terhadap penggambaran perjuangan seorang pahlawan. Tema pada puisi “Demonstrasi” adalah catatan
dan persepsi dibalik ketegangan mahasiswa yang menyaksikan langsung kejadian
bentrokan pada 18 Oktober 2012.
b. Nada dan Suasana
Disampig tema, puisi juga mengungkapkan nada dan
suasana kejiwaan. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap
itu terciptalah suasana puisi.[8]
Nada dan Suasana dalam puisi ini sedih sehingga
menimbulkan suasana haru yang digambarkan
pada bait: “pahlawan
kau akan kuingat selama-lamanya” pada puisi “Pahlawan” dan pada bait: “Apakah harus demikian?” dalam puisi “Demonstrasi”.
c.
Amanat
Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang
ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh
pembaca.[9]
Puisi “Pahlawan” mengandung berbagai
amanat, diantaranya:
·
Agar kita selalu menghargai perjuangan para
pahlawan serta selalu mengenang jasanya.
·
Selalu berusaha meneruskan jasa pahlawan dengan
belajar
Amanat dalam puisi
“Demonstrasi” yaitu agar lebih memikirkan terlebih dahulu dampak yang terjadi
atas perilaku akan dilakukan dan agar lebih berfikir positif terhadap suatu persoalan
sebagaimana layaknya pemikiran seorang mahasiswa.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Sedangkan pada puisi “Demonstrasi” pemilihan
diksi “sang maha pelajar” menggunakan
makna konotasi yang berarti mahasiswa. “Berdemonstrasilah
yang elegan” bermakna sindiran, berlarat belakang dari kejadian pada 18
Oktober 2012 lalu mahasiswa Universitas Pamulang menolak kedatangan Wakapolri
Komjen Nanan Sukarna yang akan mengisi seminar di UNPAM dan berakhir ricuh.
Mahasiswa menolak kehadiran polisi di kampusnya karena beberapa tindak kriminal
polisi kepada mahasiswa di sejumlah daerah. Puisi akan terdengar indah dan
bermakna apabila dibacakan dengan penuh penghayatan sesuai dengan musikalitas
dan hakikatnya sehingga dapat menyejukkan hati, pikiran, dan perasaan kita. Menganalisis
puisi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan unsur-unsurnya. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi,
majas, kata konkret, rima, pengimajian dan irama) serta struktur batin (tema,
amanat, nada dan suasana puisi).
3.2. Saran
Saran
kepada mahasiswa agar dapat lebih memahami isi dari makalah ini dan dijadikan
informasi atau ilmu yang sangat bermanfaat. Sedangakan kepada dosen pembimbing
mata kuliah ini agar dapat menjelaskan kembali materi puisi “Bendera” karangan
Taufik Ismail, bahwasanya kami anggota kelompok sangat membutuhkan masukan dan
pembelajaran kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kusmayadi,
Ismail. 2008. Think Smart Bahasa
Indonesia. Bandung: Grafindo Media
Pratama.
K.S,
Yudiono. 2007. Pengantar Sejarah Sastra
Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.
Maslikatin. 2007. Kajian Sastra Prosa, Puisi, Drama. Jember: UNEJ Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Sofyan, Akhmad. 2001. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi
Puisi untuk Mahasiswa.
Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo, Wahyu. 2011. Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Sumber Internet
http://organisasi.org/pengertian-makna-denotatif-konotatif-lugas-kias-leksikal-gramatikal-umum-dan-khusus
[2] Makna konotasi adalah makna yang bukan
sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami
penambahan. Lihat http://organisasi.org/pengertian-makna-denotatif-konotatif-lugas-kias-leksikal-gramatikal-umum-dan-khusus
[4] Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung:
Grafindo Media Pratama, 2008), hal.101.
[5] Wahyu Wibowo, Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah, (Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2011), hal. 154.
[6] Rima akhir yaitu perulangan bunyi
pada akhir larik puisi. Rima sempurna, yaitu perulangan bunyi yang vocal dan
konsonannya sama. Rima tak sempurna, yaitu perulangan bunyi yang vokalnya sama
tetapi konsonannya berbeda.
[7] Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2005), hal. 68.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar