Rabu, 01 Oktober 2014

keutamaan puasa idul adha

Dari Ibnu Abbas Ra bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa keutamaan berpuasa di bulan Dzulhijjah antara lain :

Tanggal 1 Dzulhijjah Nabi Muhammad SAW bersabda : "Bahwa pada tanggal 1 Dzulhijjah bertepatan dengan hari dimana Allah SWT mengampuni segala dosa dari Nabi Adam As, maka siapa orang yang berpuasa pada hari tsb maka Allah SWT ampuni segala dosa orang tsb yang berhubungan dengan dosanya kepada Allah SWT

Tanggal 2 Dzulhijjah Nabi Muhammad SAW bersabda : "Bahwa pada tanggal 2 Dzulhijjah bertepatan dengan hari dimana Allah SWT mengabulkan doa Nabi Yunus As, yaitu ketika beliau meminta dikeluarkan dari perut ikan paus yang telah menelannya, maka siapa orang yang berpuasa pada hari tsb maka seakan – akan ia telah beribadah setahun penuh dan tidak melakukan maksiat walau sekejap mata.

Tanggal 3 Dzulhijjah Nabi Muhammad SAW bersabda : "Bahwa pada tanggal 3 Dzulhijjah bertepatan dengan hari dimana Allah SWT mengabulkan doa Nabi Zakaria As, yaitu ketika beliau telah menikah sekian lama namun belum juga dikaruniai anak maka pada hari itu tanggal 3 Dzulhijjah Allah SWT mengaruniai seorang putra yaitu Nabi Yahya As, maka siapa orang yang berpuasa pada hari tsb Allah SWT akan mengabulkan segala doa orang tsb.

Tanggal 4 Dzulhijjah Nabi Muhammad SAW bersabda : "Bahwa pada tanggal 4 Dzulhijjah bertepatan dengan hari dimana Nabi Isa As dilahirkan, maka siapa orang yang berpuasa pada hari tsb maka akan Allah SWT hilangkan darinya segala macam kesusahan dan kemiskinan dalam hidupnya dan nanti di hari kiamat akan Allah SWT kumpulkan orang tsb bersama para malaikat

Tanggal 5 Dzulhijjah Nabi Muhammad SAW bersabda : "Bahwa pada tanggal 5 Dzulhijjah bertepatan dengan hari dimana Nabi Musa As dilahirkan, maka siapa orang yang berpuasa pada hari tsb maka akan Allah SWT hilangkan darinya segala macam sifat munafik dan bebas dari azab kubur.

Tanggal 6 Dzulhijjah Nabi Muhammad SAW bersabda : "Bahwa pada tanggal 6 Dzulhijjah bertepatan dengan hari dimana Allah SWT berikan kepada para Nabi dengan kebaikan, maka siapa orang yang berpuasa pada hari tsb maka Allah SWT akan memandang kepada orang tsb dengan pandangan kasih sayang dan tidak akan Allah SWT memberikan siksa kepadanya.

Tanggal 7 DzulhijjahNabi Muhammad SAW bersabda : "Bahwa pada tanggal 7 Dzulhijjah bertepatan dengan hari dimana Allah SWT kunci rapat – rapat pintu neraka sampai 3 hari kedepannya (sampai tanggal 10 Dzulhijjah), maka siapa orang yang berpuasa pada hari tsb maka Allah SWT tutup untuknya 30 pintu kesusahan dan Allah SWT bukakan 30 pintu kebaikan untuknya.

Tanggal 8 Dzulhijjah Nabi Muhammad SAW bersabda : "Bahwa pada tanggal 8 Dzulhijjah bertepatan dengan hari tarwiyyah, maka siapa orang yang berpuasa pada hari tsb maka hanya Allah SWT yang mengetahui akan pahala orang tsb.

Tanggal 9 Dzulhijjah Nabi Muhammad SAW bersabda : "Bahwa pada tanggal 9 Dzulhijjah bertepatan dengan hari 'arafah, maka siapa orang yang berpuasa pada hari tsb maka Allah SWT ampuni dosa orang tsb di setahun yang lalu dan setahun yang kan datang.

Sumber:Kitab "Durratun Nashihin"

Rabu, 24 April 2013

10 PENGERTIAN SASTRA MENURUT PARA AHLI



1.      Sumarno dan Saini, sastra adalah ungkapan pribadi manusiaberupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat,keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yangmembangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa.

2.      Mursal Esten, menyatakan sastra atau kesusastraan adalahpengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagaimanifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melaluibahasa sebagai medium dan punya efek yang positif terhadapkehidupan manusia (kemanusiaan).

3.      Menurut Engleton, sastra yang disebutnya "karya tulisan yanghalus" (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentukbahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yangdipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan danditerbalikkan, dijadikan ganjil.

4.      Ahmad Badrun, berpendapat bahwa Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain   sebagai alai, dan bersifat imajinatif.

5.      Menurut Semi, sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaanseni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannyamenggunakan bahasa sebagai mediumnya.

6.      Panuti Sudjiman, mendefinisikan sastra sebagai karya lisan atautulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan sepertikeorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, danungkapannya.


7.      Menurut Sumardjo dan Sumaini, definisi sastra yaitu :
a.       Sastra adalah seni bahasa
b.      Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yangmendalam.
c.       Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa
d.      Sastra adalah inspirasi kehidupan yang dimateraikan dalamsebuah bentuk keindahan.
e.       Sastra adalah semua buku yang memuat perasaankemanusiaan yang benar dan kebenaran moral dengansentuhan kesucian, keluasan pandangan dan bentuk yangmempesona.

8.      Suyitno, Sastra adalah sesuatu yang imajinatif, fiktif dan inventif  juga harus melayani misi-misi yang dapatdipertanggungjawabkan.\

9.      Tarigan, sastra adalah merupakan obyek bagi pengarang dalammengungkapkan gejolak emosinya, misalnya perasaan sedih,kecewa, senang dan lain sebagainya.

10.  Damono, mengungkapkan bahwa sastra menampilkangambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakuphubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalambatin seseorang

SIANG TERIK DI RESEPSI PERNIKAHAN


            Pukul satu, suatu siang yang meriah di resepsi pernikahan. Matahari tegak lurus dengan tiang listrik di perjalananku memancarkan seluruh cahaya langsung tanpa pelantara. Mencolek halus kulitku, membuatku terburu-buru ingin masuk ke sebuah tenda berwarna ungu tua. Kuparkirkan sepada motorku  bersamaan dengan teman yang lain yang dating ke pesta ini.
            Sambutan hangat dari pengantin pria yang merupakan teman satu kelasku berdiri di depan tenda. Pernak-pernik lampu kecil, warna-warni bunga mekar di setiap sisi pelaminan, kerpet merah di sekeliling ruangan, dan kursi-kursi tamu berselimut pita mempercantik suasana pesta. Aku dan kawan-kawan bergerombol dating, merayaan bersama dengan Hendri Adinata yang sedang berbahagia dengan pengantin wanitanya.
            Pada saat seperti sekarang ini, minuman dingin menjadi rebutan untuk melepas dahaga. Terdapat satu meja persegi panjang disebelah kanan tenda yang di atasnya terdapat dua buah botol soft drink berukuran tiga liter  berwarna merah dan hitam, meja itu langsung kami tempati. Tiak lama. Seorang pria setengah baya membawakan beberapa gelas berisikan es batu, tentulah langsung kami santap.
            Di sekelilingku mulai terdengar alunan musik dangdut dan ramainya suara obrolan para tamu. Sesekali pun mulai terdengar raungan suara sepeda motor yang berhenti di depan tenda. Kualihkan pandanganku ke pintu masuk tenda pesta ini, terlihat semakin banyak hulu-halang tamu yang berdatangan.
            Pengantin telah selesai menjamu tamu-tamunya yang lain. Aku dan kawan-kawanku berfoto di atas pelaminan bergaya seperti tamu-tamu wanita dewasa dan sesekali bergaya seperti halnya mahasiswa konyol  berfoto dengan teman sebaya yang menggunakan pakaian pengantin. Sore ini terbalas sudah keceriaan bersama, waktu menunjukkan pukul empat sore, kami berpamit pulang ke rumah, dan sesampai di rumah akan membayar semua lelah hari ini.

JAKA POLENG ( Asal Usul Kota Brebes )

Ana wong enom bagus tur gagah, arane Laksito. Laksito kerjane dadi tukang ngopeni jarane bupati Brebes. Kanjeng Bupati seneng karo hasil kerjane Laksito sing sregep lan selalu resik.
Waktu kuwe, kaya biasane, Laksito arep lunga ning sawah arep luruh suket go pakane Genta, jarane Kanjeng Bupati. Image"Bi, nyong ning sawah ndisit!" Laksito gemboran pamit karo Bi Ojah, bature Kanjeng Bupati sing lagi uprak-uprek ning pawon."Iya cah bagus, ati-ati yah?!" bibine njawab karo sibuk uprak-uprek, ora nglinguk ning Laksito.

Nggawa arit karo karung, Laksito mlaku nyusuri galenge sawah golet suket-suket sing rungseb tur ijo. Sampe anjog ning lapangan, dheweke mbatin, "Ehm, ning kene kyeeh sukete ijo-ijo nemen, pasti si Genta dokoh mangane." Terus Laksito mulai mbabadi suket-suket sing ana ning ngarepane. Sapisan-pisan, Laksito ngusapi keringet ning batuke nganggo tangane. Laksito terus mbabadi suket ora kesel-kesel.

Sawise olih sakarung kebek, Laksito kaya biyasane ngasoh ngisore wit gede. Diglegek banyu kendi sing digawa sing ngumah. Keringete gemryobyos seawak sekojur. Laksito lehe-lehe gelelengan kipas-kipas nganggo godong sing tiba sing wit.
Waktu Laksito lagi pan merem, dheweke weruh ana ula poleng ana mahkota emase ning endase. Laksito dadi penasaran mbuntuti ula kuwe. Laksito mlaku alon-alon ben ora diweruhi ula kuwe. Ula kuwe akhire mandeg neng rerungseban. Laksito melu mandeg. Matane menteleng mandengi ula poleng sing lagi nglungsumi. Pirang menit, akhire ula kuwe nglocop kulite. Laksioto mereki tempat kuwe sawise ula kuwe lunga. Teruse Laksito njukut bekas kulit ula poleng kuwe.
Laksito balik maning neng tempate nerusna pekerjaane. Rong karung kudu dikebeki.
"Uh, akhire kebek juga. Balik ah, wis ngelih." laksito mbatin karo naleni karung loro kuwe. Laksito ngasoh maning sedelat, teruse balik.

-~=oOo=~-

"Bi, aku ngelih, Bi, pan mangan," Laksito ngomong karo Bi Ojah. "Lha, To, kowen ning endi??" Bi Ojah gemboran lantaran kaget. "Nyong ning iringane Bibi!" ujare Laksito eram.

"Aja guyonan lha, To.. Bibi ora weruh kowe neng kene," Bi Ojah rada kewedinan.

"Nyong neng kene, Bi..." Laksito nyauti karo nyekeli tangane Bi Ojah.

Bi Ojah kaget ora kira-kira waktu ngerasakna tangane ana sing nyekeli tapi ora katon jruntunge. Bi Ojah langsung gemboran manjing ning padepokane Kanjeng Bupati, wadul karo kanjenge.

Ora suwe, Bi Ojah balik maning maring pawon karo Kanjeng Bupati.

Neng endhi, Bi?" takone Kanjeng Bupati penasaran karo ceritane Bi Ojah.

"Ampun Kanjeng, suarane neng kene miki." Bi Ojah nyoba ngeyakinaken Kanjeng Bupati.

Laksito! Kowen neng endhi? Kanjeng Bupati nggemborani Laksito.

Ampun, Gusti Kanjeng, hamba neng kene, neng iringane Gusti," jawabe Laksito.

"Lho lho lho, ko kowen ora katon?" kanjenge ya dadi kaget nemen.

"Ampun, Gusti, hamba ya ora ngert," jawabe Laksito ya mesih bingung.
Gusti Kanjeng Bupati sedelat rada meneng, ngrenung.

"Ana kedadiyan apa sing kowen alami sedurunge kiye?" takone Gusti Bupati.
Laksito meneng sedelat, mikir-mikir.
"O iya, Gusti, mau waktu hamba luruh suket neng sawah, hamba weruh ula poleng sing endase ana emase kemerlob repan nglungsumi. Terus hamba perhatikna lan hamba jukut kulite," ceritane Laksito soal kedadiyan mau ning sawah.

"O.. kaya kuwe. terus kulite neng endhi?" takone Gusti Kanjeng.
"Neng sake hamba."
bener juga, sawise kulit kuwe dintokna lan didokon ning meja, ujug-ujug awake Laksito nongol katon. Kiye juga sing nggawe Bi Ojah sing sing mau meneng, dadi mundur kaget.
"Wah, Laksito, kowen wis katon," Bi Ojah gemboran.
Laksito gemuyu plong. Gusti Kanjeng Bupati manthuk-manthuk ngerteni.
"To, kulit ula kuwe aku simpen," jare Gusti Kanjeng karo penuduhe nuding ning kulit ula kuwe nein tanda karo Laksito go dijukutna terus diserahna karo dheweke.
Tapi alus-alusan Laksito nolak. "Ampun, Gusti, kulit kiye ndeke hamba."
"Pan nggo apa, To? Laka gunane denggo kowen," Gusti Bupati ngrayu Laksito.
"Ampun, Gusti. Karena sing nemu hamba, dadi ya hamba sing berhak nduweni benda kiye," jawabe Laksito.
"Laka gunane ning kowen, cepet wekena aku!" kanjenge gemboran maksa ning Laksito.
"Ampun, Gusti, hamba ora bisa." Laksito tetep teteg.
Teruse Gusti Bupati karo Laksito rebutan. Lantaran Laksito wedi benda kuwe bakal kecekel karo bupatine, Laksito cepet-cepet manjingna benda kuwe ning cangkeme, lan tanpa disengaja benda kuwe keeleg.
Gusti Bupati mung bisa nahan emosine, waktu weruh benda kuwe keeleg. Satitik-titik awake Laksito ngilang.
"Maapna hamba, Gusti, hamba wis wani karo Gusti," ujare Laksito lirih. Bupati narik napas.

"Aku nyesel wis maksa kowen, Laksito. Sebenere memang kuwe hake kowen, tapi aku maksa, dadi akhire kaya kiye, aku nyesel. Maapna aku, Laksito." Bupatine nyesel. Terus bupatine nglanjutna ngomong, "Kiye mungkin wis takdire kowen, Laksito, kowen wujude wis laka. Aku njaluk karo kowen, tulung kowen jaga rakyate aku yaiku rakyat Brebes. Terus, lantaran kowen nesih jejaka lan mangan kulit ula poleng, dadi saiki kowen tak arani Jaka Poleng."

ASAL MULA NAMA 'BREBES'



Ada beberapa pendapat mengenai asal - usul nama Brebes yang di antaranya berasal dari kata di antaranya Brebes berasal dari kata "Bara" dan "Basah", bara berarti hamparan tanah luas dan basah berarti banyak mengandung air. Keduanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang merupakan dataran luas yang berair.Karena perkataan bara di ucapkan bere sedangkan basah di ucapkan besah maka untuk mudahnya di ucapkan Brebes. Dalam Bahasa Jawa perkataan Brebes atau mrebes berarti tansah metu banyune yang berarti selalu keluar airnya.
Nama Brebes muncul sejak zaman Mataram. Kota ini berderet dengan kota-kota tepi pantai lainnya seperti Pekalongan, Pemalang, dan Tegal. Brebes pada saat itu merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tegal.
Pada tanggal 17 Januari 1678 di Jepara diadakan pertemuan Adipati Kerajaan Mataram se Jawa Tengah, termasuk Arya Martalaya, Adipati Tegal dan Arya Martapura, Adipati Jepara. Karena tidak setuju dengan acara penandatanganan naskah kerjasama antara Amangkurat Admiral dengan Belanda terutama dalam menumpas pemberontakan Trunajaya dengan imbalan tanah-tanah milik Kerajaan Mataram, maka terjadi perang tanding antara kedua adipati tersebut. Peristiwa berdarah ini merupakan awal mula terjadinya Kabupaten Brebes dengan Bupati berwenang .Sehari setelah peristiwa berdarah tersebut yaitu tanggal 18 Januari 1678, Sri Amangkurat II yang berada di Jepara mengangkat beberapa Adipati/ Bupati sebagai pengagganti Adipati-adipati yang gugur. Untuk kabupaten Brebes di jadikan kabupaten mandiri dengan adipati Arya Suralaya yang merupakan adik dari Arya Martalaya. Pengangkatan Arya Suralaya sekaligus titimangsa pemecahan Kadipaten Tegal menjadi dua bagian yaitu Timur tetap di sebut Kadipaten Tegal dan bagian barat di sebut Kabupaten Brebes.

ASAL USUL NAMA DESA TANGGUNGSARI KECAMATAN KETANGGUNGAN, BREBES



Nama               : Agus Ahmad Salim Zajar
NIM                : 2011070052
Jurusan            : Sastra Indonesia pagi 4
 


Dahulu kala, ada seorang bernama Nasirudin atau Nasirun yang berasal dari Gunungsari, Cikulak, Ciledug Jawa Barat. Nasirudin ini adalah seorang anak muda yang haus akan ilmu kesaktian. Berbagai tempat ia datangi. Asal disitu ia mendengar ada seorang bijak atau sakti maka ia pasti akan mendatanginya untuk berguru. Petualangan Nasirudin ini sampai membawanya ke wilayah Jawa Timur, tepatnya disekitar daerah Sunan Gresik. Kedatangan dia ke situ juga dengan maksud menimba ilmu. Hingga pada suatu hari, usai beberapa lama menimba ilmu di Gresik, Nasirudin memutuskan untuk pulang kerumah. Hingga suatu waktu, perjalanannya sampai di wilayah Desa Ketanggungan. Di tempat ini, Nasirudin memutuskan beristirahat. Pada saat itulah, Nasirudin yang dasarnya juga anak muda yang cukup ramah terlibat pembicaraan sengan warga sekitar. Dari situ, dia mendengar bahwa di sekitar desa Ketanggungan ini masih banyak wilayah yang masih liar dan kosong penghuninya. Karena tertarik dengan penjelasan masyarakat sekitar, ditambah Nasirudin ini punya jiwa petualang, akhirnya Nasirudin memutuskan untuk menetap di wilayah tersebut dan mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumahnya di Ciledug. Akhirnya, Nasirudin mendapatkan tempat yang cocok menurut kata hatinya. Tempat itu berada di sekitar Desa Baros. Mulilah Nasirudin muda ini membuka lahan dan mendirikan tempat tinggal di situ. Setelah beberapa lama menetap, Nasirudin mulai dikenal oleh masyarakat sekitar akan kesaktiannya. Hingga pada suatu hari, Nasirudin di minta oleh Bupati Brebes untuk membantu pemerintah membasmi para perusuh yang ada di Dusun Cupas dengan imbalan yang cukup yaitu tanah seluas 100 bahu ( kurang lebih sekitar 90 ha ). Menurut cerita, Dusun Cupas ini di huni oleh banyak perusuh yang seringkali mengganggu ketentraman penduduk dan pemerintah. Senjata tajam kiriman Nasirudin berggerak sendiri menuju Dusun Cupas, sesampainya ditempat itu, senjata-senjata tersebut bergerak sendiri untuk membasmi tuntas para perusuh. Maka mulailah Nasirudin ini menunjukkan kesaktiannya yang luar biasa. Dan pada malam yang telah ditentukannya, Nasirudin menggerakkan seluruh senjata yang dimilikinya serta yang di punyai warga, mulai dari tombak, keris, parang, pedang, cangkul dan lain sebagainya untuk membasmi para perusuh di Dusun Cupas. Di tengah malam sunyi itu, berbagai senjata tajam kiriman Nasirudin bergerak sendiri menuju Dusun Cupas, dan sesampainya di tempat itu, senjata-senjata tersebut bergerak sendiri untuk membasmi tuntas para perusuh. Keesokan harinya, penduduk di sekitar Dusun Cupas geger karena para perusuh yang bertempat tingal di dusun itu mati dengan berbagai luka di tubuhnya.
Padahal malamnya mereka tidak mendengar ada pasukan atau warga menyerbu. Usai peristiwa itu, warga semakin menghormati Nasirudin dengan kesaktiannya. Dan sesuai janjinya, Bupati Brebes kemudian menghadiahi Nasirudin dengan tanah seluas 100 bahu. Oleh Nasirudin, tanah itu kemudian dibagi 70 bahu untuk di jadikan sawah dan 30 bahu sisanya di jadikan pekarangan. Karena sudah memiliki tanah sendiri, Nasirudin lantas memboyong kerabatnya yang ada di Gunungsari Ciledug Jawa Barat. Kerabatnya tersebut bernama Ki Artilem dan Ki Karwinten. Bersama dua kerabatnya di Bantu oleh masyarakat sekitar yang mulai berdatangan maka di atas tanah hadiah Bupati Brebes itu lama kelamaan membentuk satu desa. Dan oleh Nasirudin tersebut di namakan Desa Tangungsari yang di ambil dari kata Tanggung berasal dari Desa Ketanggungan dan Sari berasal dari desa tempat kelahirannya yaitu Gunungsari. Konon, itulah asal usul nama Desa Tanggungsari di wilayah Kecamatan Ketanggungan. oleh Nasirudin tersebut di namakan Desa Tangungsari yang di ambil dari kata Tanggung berasal dari Desa Ketanggungan dan Sari berasal dari Desa tempat kelahirannya yaitu Gunungsari. Konon, itulah asal usul nama Desa Tanggungsari di wilayah Kecamatan Ketanggungan Brebes.